Jumat, 18 Desember 2015

MAKALAH PATOGENESIS PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN

Mata Kuliah        : Penyakit Berbasis Lingkungan(PBL)
Dosen                 : Djoko purwoko, SKM.,M.kes
 

Makalah
“PATOGENESIS PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN “

NURUL FAHMI
PO.71.4.221.13.2.038


KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR
KESEHATAN LINGKUNGAN
PRODI D.IV
2014


KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.
              Puji syukur atas kehadirat Allah swt. Yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga Makalah penyakit berbasisis lingkungan dengan judul “patogenesis penyakit berbasis lingkungan” ini dapat selesai dengan tepat waktu. Terwujudnya makalah ini, tidak terlepas dari bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu saya selaku penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1.      Djoko purwoko, SKM.,M.Kes selaku dosen pengampu pada mata kuliah ilmu budaya sehat yang telah memberikan ilmu  dan sumbangsinya dalam menyusun makalah ini.
2.      Bapak dan Ibu tercinta yang telah memberikan motivasi dan dukungan baik moral maupun spiritual.
3.      Teman-teman yang tercinta yang telah sabar untuk meluangkan waktunya untuk berdiskusi dalam menyusun makalah ini.
4.      Dan semua pihak yang telah membantu dalam  menyusun makalah ini.
Dalam makalah ini terdapat beberapa pembahasan materi mengenai “patogenesis penyakit berbasis lingkungan”. Namun dalam penyusunannya masih terdapat banyak kekurangan oleh karena itu kritik dan saran yang membangun diharapkan penulis dari semua pihak, agar kedepannya lebih baik lagi dalam menyusun makalah.  
Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, baik itu  penulis terlebih kepada pembacanya.
Wasallam.
Makassar,    november   2014

penulis


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................................... 1
B. Tujuan........................................................................................................ 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. pengertian patogenesis............................................................................... 3
B. proses patogenesis menimbulkan penyakit................................................ 4
C. paradigma patogenesis kesehatan lingkungan........................................... 7
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................................. 11
B. Saran........................................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA
 BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Bakteri merupakan salah satu makhluk hidup yang jumlahnya banyak disekitar kita. Bakteri pun berada di mana-mana. Di tempat yang paling dekat dengan kita pun juga terdapat bakteri contohnya saja tas, buku, pakaian, dan banyak hal lainnya. Maka dari itu bakteri merupakan penyebab penyakit yang cukup sering terjadi. Karena banyaknya manusia yang mengabaikan penyakit tersebut karena terkadang gejala awal yang diberikan ada gelaja awal yang biasa saja. Maka dari itu alangkah baiknya jika kita masyarakat dapat mengetahui bagaimana cara bakteri itu menginfeksi dan gejala-gejala apa yang akan dberikannya.
Banyaknya manusia yang mulai tidak begitu peduli dengan gejala awal terjangkitnya bakteri salah satunya adalah pada saluran pencernaan. Saluran pencernaan adalah saluran yang sangat berperan dalam tubuh. Jika saluran pencernaan terganggu akan cukup mengganggu aktivitas tubuh saat itu. Tapi banyak masyarakat yang tidak peduli dengan penyakit yang ditimbulkan. Misalnya saja penyakit yang dapat ditimbulkan oleh bakteri ada diare, gejala awalnya ada kondisi perut yang tidak enak gejala awalnya cukup biasa tetapi jika terlalu didiamkan akan membuat kondisi itu menjadi akut dan fatal. Maka dari itu, bakteri merupakan penyebab penyakit yang cukup banyak pada saat ini.
Pada dasarnya dari seluruh mikroorganisme yang ada di alam, hanya sebagian kecil saja yang merupakan patogen. Patogen adalah organism atau mikroorganisme yang menyebabkan penyakit pada organism lain. Kemampuan pathogen untuk menyebabkan penyakit disebut dengan patogenisitas. Dan patogenesis disini adalah mekanisme infeksi dan mekanisme perkembangan penyakit. Infeksi adalah invasi inang oleh mikroba yang memperbanyak dan berasosiasi dengan jaringan inang. Infeksi berbeda dengan penyakit. Sebagaimana kita ketahui sebelumnya mikroorganisme adalah organisme hidup yang berukuran mikroskopis sehingga tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Mikroorganisme dapat ditemukan disemua tempat yang memungkinkan terjadinya kehidupan, disegala lingkungan hidup manusia. Mereka ada di dalam tanah, di lingkungan akuatik, dan atmosfer ( udara ) serta makanan, dan karena beberapa hal mikroorganisme tersebut dapat masuk secara alami ke dalam tubuh manusia, tinggal menetap dalam tubuh manusia atau hanya bertempat tinggal sementara. Mikroorganisme ini dapat menguntungkan inangnya tetapi dalam kondisi tertentu dapat juga menimbulkan penyakit.


B.  Tujuan
a.    Tujuan umum
Untuk mengetahui bagaimana patogenesis penyakit berbasis lingkungan.
b.    Tujuan khusus
1.    Untuk mengetahui pengertian patogenesis
2.    Untuk mengetahui proses patogen dalam menimbulkan penyakit
3.    Untuk mengetahui paradigma patogenesis kesehatan lingkungan



















BAB II
PEMBAHASAN


A.  Pengertian patogenesis
Patogen adalah materi atau organisme yang dapat menyebabkan penyakit pada inang misalnya bakteri. Bakteri dapat merusak sistem pertahanan inang dimulai dari permukaan kulit, saluran pencernaan, saluran respirasi, saluran urogenitalia. Sedangkan Patogenesis sendiri  adalah mekanisme infeksi dan mekanisme perkembangan penyakit. Infeksi merupakan invasi inang oleh mikroba yang memperbanyak dan berasosiasi dengan jaringan inang. Infeksi berbeda dengan penyakit.
Kapasitas bakteri menyebabkan penyakit tergantung pada patogenitasnya. Dengan kriteria ini, bakteri dikelompokan menjadi 3, yaitu agen penyebab penyakit, patogen oportunistik, nonpatogen. Agen penyebab penyakit adalah bakteri patogen yang menyebabkan suatu penyakit (Salmonella spp.). Patogen oportunistik adalah bakteri yang berkemampuan sebagai patogen ketika mekanisme pertahanan inang diperlemah (contoh E. coli menginfeksi saluran urin ketika sistem pertahanan inang dikompromikan (diperlemah). Nonpatogen adalah bakteri yang tidak pernah menjadi patogen. Namun bakteri nonpatogen dapat menjadi patogen karena kemampuan adaptasi terhadap efek mematikan terapi modern seperti kemoterapi, imunoterapi, dan mekanisme resistensi. Bakteri tanah Serratia marcescens yang semula nonpatogen, berubah menjadi patogen yang menyebabkan pneumonia, infeksi saluran urin, dan bakteremia pada inang terkompromi.
Virulensi adalah ukuran patogenitas organisme. Tingkat virulensi berbanding lurus dengan kemampuan organisme menyebabkan penyakit. Tingkat virulensi dipengaruhi oleh jumlah bakteri, jalur masuk ke tubuh inang, mekanisme pertahanan inang, dan faktor virulensi bakteri. Secara eksperimental virulensi diukur dengan menentukan jumlah bakteri yang menyebabkan kematian, sakit, atau lesi dalam waktu yang ditentukan setelah introduksi.
Mikroba patogen diketahui memasuki inang melalui organ-organ tubuh antara lain :
  1. Saluran pernapasan, melalui hidung  dan mulut yang dapat menyebabkan penyakit saluran pernapasan seperti salesma, pneumonia, tuberculosis.
  2. Saluran pencernaan melalui mulut yang dapat menyebabkan penyakit tifus, para tifus, disesntri, dll.
  3. Kulit dan selaput lendir. Adanya luka mesekipun kecil dapat memungkinkan  mikroba seperti staphylicoccus yang menyebabkan bisul.
  4. Saluran urogenital
  5. Darah

B.  Proses Patogenesis Bakteri patogen dalam Menimbulkan Penyakit
       Jalan masuk mikroorganisme ke tubuh inang,mikroorganisme patogen dapat memasuki tubuh inang melalui berbagai macam jalan, misalnya melalui membran mukosa, kulit ataupun rute parental. Banyak bakteri dan virus memiliki akses memasuki tubuh inang melalui membran mukosa saluran pernapasan, gastrointestinal, saluran genitourinari, konjungtiva, serta membran penting yang menutupi bola mata dan kelopak mata.
1.   Saluran pernapasan
     Saluran pernapasan merupakan jalan termudah bagi mikroorganisme infeksius. Mikroorganisme terhirup melalui hidung atau mulut dalam bentuk partikel debu. Penyakit yang muncul umumnya adalah pneumonia, campak, tuberculosis, dan cacar air.
2.   Saluran pencernaan
     Mikroorganisme dapat memasuki saluran pencernaan melalui bahan makanan atau minuman dan melalui jari – jari tangan yang terkontaminasi mikroorganisme pathogen. Mayoritas mikroorganisme tersebut akan dihancurkan oleh asam klorida( HCL ) dan enzim – enzim di lambung, atau oleh empedu dan enzim di usus halus. Mikroorganisme yang bertahan dapat menimbulkan penyakit. Misalnya, demam tifoid, disentri amoeba, hepatitis A, dan kolera. Patogen ini selanjutnya dikeluarkan malalui feses dan dapat ditransmisikan ke inang lainnya melalui air, makanan, atau jari – jari tangan yang terkontaminasi.
3.   Kulit
     Kulit sangat penting sebagai pertahanan terhadap penyakit. Kulit yang tidak mengalami perlukaan tidak dapat dipenetrasi oleh mayoritas mikroorganisme. Beberapa mikroorganisme memasuki tubuh melalui daerah terbuka pada kulit, folikel rambut, maupun kantung kelenjar keringat. Mikroorganisme lain memasuki tubuh inang pada saat berada di jaringan bawah kulit atau melalui penetrasi atau perlukaan membran mukosa. Rute ini disebut rute parenteral. Suntikan, gigitan, potongan, luka, atau pembedahan dapat membuka rute infeksi parenteral.
4.   Rongga mulut
     Pada permukaan rongga mulut terdapat banyak koloni mikroorganisme. Salah satu penyakit yang umum pada rongga mulut akibat kolonisasi mikroorganisme adalah karies gigi. Karies gigi diawali akibat pertumbuhan Streptococcus mutans dan spesies Streptococcus lainnya pada permukaan gigi. Hasil fermentasi metabolisme, menghidrolisis sukrosa menjadi komponen monosakarida, fruktosa, dan glukosa. Enzim glukosiltransferasi selanjutnya merakit glukosa menjadi dekstran. Residu fruktosa adalah gula utama yang difermentasi menjadi asam laktat. Akumulasi bakteri dan dekstran menempel pada permukaan gigi dan membentuk plak gigi. Populasi bakteri plak didominasi oleh Streptococcus dan anggota Actinomyces. Karena plak sangat tidak permeable terhadap saliva, maka asam laktat yang diproduksi oleh bakteri tidak dilarutkan atau dinetralisasi dan secara perlahan akan melunakkan enamel gigi tepat plak tersebut melekat.
Faktor yang mendasari Mekanisme Patogenisitas Bakteri adalah sebagai berikut :
  1. Invasiveness adalah kemampuan untuk menyerang jaringan. Ini meliputi mekanisme untuk kolonisasi (kepatuhan dan multiplikasi awal), produksi zat ekstraselular yang memfasilitasi invasi (invasins) dan kemampuan untuk memotong atau mengatasi mekanisme pertahanan inang.
  2. Toxigenesis adalah kemampuan bakteri untuk menghasilkan racun. Bakteri dapat menghasilkan dua jenis racun disebut exotoxins dan endotoksin.
  3. Exotoxins adalah racun yang dilepaskan dari sel bakteri dan dapat bertindak  di bagian jaringan yang menghapus situs pertumbuhan bakteri.
  4. Endotoksin dapat dilepaskan dari pertumbuhan sel-sel bakteri hasil dari pertahanan inang efektif (misalnya lisozim) atau kegiatan antibiotik tertentu.
C.  Paradigma patogenesis kesehatan lingkungan
Dalam upaya pengendalian penyakit berbasis lingkungan, maka perlu diketahui perjalanan penyakit atau patogenesis penyakit tersebut, sehingga kita dapat melakukan intervensi secara cepat dan tepat.
teori simpul achmadi 1.jpgPatogenesis penyakit dapat digambarkan seperti dibawah ini:







Dengan melihat skema diatas, maka patogenesis penyakit dapat diuraikan menjadi 4 (empat) simpul, yakni :
1.    Simpul 1 : Sumber Penyakit
Sumber penyakit adalah sesuatu yang secara konstan mengeluarkan agent penyakit. Agent penyakit merupakan komponen lingkungan yang dapat menimbulkan gangguan penyakit baik melalui kontak secara langsung maupun melalui perantara.
Beberapa contoh agent penyakit:
Agent Biologis: Bakteri, Virus, Jamur, Protozoa, Amoeba, dll
Agent Kimia : Logam berat (Pb, Hg), air pollutants (Irritant: O3, N2O, SO2, Asphyxiant: CH4, CO), Debu dan seratt (Asbestos, silicon), Pestisida, dll
Agent Fisika : Radiasi, Suhu, Kebisingan, Pencahayaan, dll.
œ  Manajemen Simpul 1 (Pengendalian pada sumber penyakit)
Pengendalian penyakit atau manajemen penyakit secara terpadu berbasis wilayah, dimulai dari pengendalian sumber penyakit. Pengendalian pada sumber penyakit merupakan upaya preventif promotif. Sumber penyakit menular dan penyakit tidak menular pada dasarnya dapat dibedakan.
Sumber penyakit menular yaitu penderita penyakit itu sendiri. Dengan melakukan pencarian kasus secara aktif dan menetapkan kasus (melakukan diagnosis secara cepat dan tepat terhadap kasus) serta pengobatan hingga sembuh, maka sumber penularan dapat dieliminasi bahkan dihilangkan. Manajemen kasus penyakit menular merupakan upaya promotif sekaligus preventif, karena mencegah agar tidak timbul penularan lebih lanjut dalam masyarakat. Untuk itu diperlukan petugas lapangan untuk membantu mencari dan mengobati kasus dengan baik secara proaktif, misalnya juru malaria desa dan juru kusta.
Sumber penyakit tidak menular yaitu sumber agent penyakit berupa bahan toksik, fisik seperti radiasi atau kebisingan. Misalnya, knalpot kendaraan bermotor secara terus-menerus mengeluarkan gas-gas toksik seperti Karbonmonoksida, SO2, NOx. Contoh lain yaitu cerobong asap, titik buangan limbah industry, titik buangan limbah rumah tangga, asap rokok dan lain-lain. Untuk menghilangkan potensi bahaya dari sumber tersebut maka beberapa teknik dapat ditempuh, misalnya dengan mengganti bahan bakar bensin menjadi bahan bakar gas. Memperbaiki proses mesin menjadi lebih efisien dan efektif, atau diberi alat penyaring bahan pencemar.

2.      Simpul 2 : Komponen Lingkungan Sebagai Media Transmisi
Komponen lingkungan berperan dalam patogenesis penyakit, karna dapat memindahkan agent penyakit. Komponen lingkungan yang lazim dikena sebagai media transmisi adalah:
- Udara
- Air
- Makanan
- Binatang
- Manusia / secara langsung
œ Manajemen Simpul 2 (Pengendalian pada media penularan/ wahana transmisi)
Manajemen Simpul 2 dilakukan jika manajemen Simpul 1 mengalami kegagalan. Manajemen simpul 2 dilakukan dengan mengendalikan agent penyakit melalui media transmisi, misalnya saja:
a.    Pengendalian vektor
Pengendalian vektor merupakan salah satu cara mengendalikan penyakit yang ditularkan vektor penyakit, seperti nyamuk penular malaria, penular demam berdarah dan sebagainya.
b.      Penyehatan makanan
Penyehatan pangan merupakan upaya untuk melakukan pencegahan penularan penyakit melalui pangan, misalnya sanitasi makanan, proses pengolahan yang memenuhi standar kesehatan, penggunaan bahan-bahan yang tidak berpotensi bahaya penyakit (misalnya daging yang mengandung Bacillus anthracis).
c.      Penyehatan air
Penyehatan air identik dengan penyediaan air bersih bagi seluruh penduduk. Misalnya, air yang tercemar bakteri harus dimasak.
d.    Pembersihan udara dalam ruang
Penyehatan udara dapat dilakukan denganc ara penyediaan air filter di ruangan yang penuh dengan asap rokok. Untuk membersihkan polusi udara di perkotaan dengan cara menanam pephonan, memperbanyak air mancur, telaga dan lain sebagainya.
e.    Pada manusia pembawa penyakit (misalnya pengobatan, atau containment penderita)
Sedangkan penularan penyakit melalui manusia selain pengobatan pada manusia itu sendiri, juga diminta menggunakan alat pelindung diri, seperti masker pada penderita penyakit TBC agar tidak menularkan pada orang lain.
3.    Simpul 3 : Penduduk
Komponen penduduk yang berperan dalam patogenesis penyakit antara lain:
- Perilaku
- Status gizi
- Pengetahuan
- dll
œ  Manajemen Simpul 3 (Pengendalian proses pajanan/ kontak pada masyarakat)
Emisi sumber agent penyakit yang telah berada pada media transmisi (lingkungan) kemudian berinteraksi dengan penduduk atau masyarakat setempat. Intensitas hubungan interaktif antara media transmisi (lingkungan) dengan masyarakat tergantung pola perilaku individu atau kelompoknya, misalnya perilaku menghindar, perilaku sselalu mengkonsumsi air yang telah dimasak, hobi, pekerjaan, dan sebagainya.
4.    Simpul 4 : (pengobatan penderita sakit/menejemen kasus)
Pengobatan terhadap penderita kasus tersebut dikenal sebagai manajemen kasus atau penderita penyakit. Agent penyakit yanng masuk ke tubuh seseorang akan menngalami proses yang amat kompleks di dalam tubuh manusia tersebut. Tentu saja tubuh manusia dengan sistem pertahanannya tidak serta-merta menyerah begitu saja. Hal ini dikenal sebagai sistem pertahanan seluler maupun humoral. Untuk kasus penyakit lingkungan yang menular, mikroba yang masuk ke dalam tubuh manusia melalui berbagai media transmisi tentu akan dicoba di-contain, ditahan dan dibunuh oleh sel-sel pertahanan tubuh manusia.
Sakit merupakan keadaan patologis pada individu maupun sekelompok orang berupa kelainan fungsi maupun morfologi. Untuk memastikan kondisi seseorang dinyatakan sakit, bis melalui pemeriksaan secara sederhana hingga pemeriksaan dengan alat teknologi tinggi. Kondisi gangguan penyakit merupakan kegagalan pengendalian faktor risiko pada simpul 1, 2, dan 3. Saat itulah diperlukan manajemen kasus penderita dengan baik dan tuntas, terutama untuk kasus penyakit menular. Kasus penyakit menular memerlukan pengobatan yang baik untuk mencegah timbulnya penularan. Sedangkan untuk penyakit yang tidak menular, upaya yang dilakukan adalah dengan menggunakan dukungan teknik diagnostik dan penentuan faktor risiko agar orang lain tidak menderita penyakit serupa.


























BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan
1.   Patogenenesis adalah materi atau organisme yang dapat menyebabkan penyakit pada inang misalnya bakteri.
2.   Proses Patogenesis Bakteri patogen dalam Menimbulkan Penyakit yaitu Bakteri dapat merusak sistem pertahanan inang dimulai dari permukaan kulit, saluran pencernaan, saluran respirasi, saluran urogenitalia.  Mikroorganisme patogen dapat memasuki tubuh inang melalui berbagai macam jalan, misalnya melalui membran mukosa, kulit ataupun rute parental. Banyak bakteri dan virus memiliki akses memasuki tubuh inang melalui membran mukosa saluran pernapasan, gastrointestinal, saluran genitourinari, konjungtiva, serta membran penting yang menutupi bola mata dan kelopak mata.
3.   paradigma patogenesis kesehatan lingkungan terdiri dari 4 simpul yaitu sumber penyakit,komponen lingkungan,penduduk dan sehat atau mati.

B.  Saran
       Bakteri makhluk kecil yang jarang kita sadari keberadaanya. Maka jika terjangkit salah satu penyakit dari bakteri kita jangan meremehkan gejala awal yang dialami karena umumnya gejala awalnya sangat biasa. Karena jika diremehkan bisa saja menjadi akut. Harus mengikuti tahap-tahap pencegahan yaitu dengan menjaga kebersihan diri.



DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009. Jenis dan patogenesis Mikroorganisme penyebab diare.
http://www.scribd.com. (diakses tangga18 desember 2014, Pkl. 11.30)
Pelczar Jr, Michael J. 1988. Dasar-dasar mikrobiologi jilid 2 terjemahan. Jakarta : Universitas Indonesia.



Laporan praktikum vacuum cleaner

Mata Kuliah                            :           Tata graha
Dosen                                     :           Erlani.,SKM.,M.Kes.


“Laporan Vacuum Cleaner”




DI SUSUN OLEH :

NURUL FAHMI
PO.71.4.221.13.2.038


KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR
KESEHATAN LINGKUNGAN
PRODI D-IV
2014



KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.
              Puji syukur atas kehadirat Allah swt. Yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga Laporan praktek “membersihkan dengan menggunakan vacuum cleaner” ini dapat selesai dengan tepat waktu. Terwujudnya laporan ini, tidak terlepas dari bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu saya selaku penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1.      Erlani.,SKM.,M.Kes selaku dosen pengampun pada mata kuliah tata graha yang telah memberikan ilmu  dan sumbangsinya dalam menyusun laporan ini.
2.      Bapak dan Ibu tercinta yang telah memberikan motivasi dan dukungan baik moral maupun spiritual.
3.      Teman-teman yang tercinta yang telah sabar untuk meluangkan waktunya untuk berdiskusi dalam menyusun laporan ini.
4.      Dan semua pihak yang telah membantu dalam  menyusun laporan ini.
Dalam laporan ini terdapat beberapa pembahasan materi mengenai “vacuum cleaner”. Namun dalam penyusunannya masih terdapat banyak kekurangan oleh karena itu kritik dan saran yang membangun diharapkan penulis dari semua pihak, agar kedepannya lebih baik lagi dalam menyusun laporan.  
Akhir kata semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, baik itu  penulis terlebih kepada pembacanya.
Wasallam
Makassar,    April  2014

Penulis


DAFTAR ISI

Sampul   .................................................................................           
Kata pengantar  .......................................................................         i
Daftar isi  ................................................................................        ii

A. Dasar teori ...........................................................................        1
B. Tujuan ..................................................................................        1
C. Waktu pelaksanaan …............................................................      2
D. Alat    .......................…………………………………….....       2
E. Cara kerja  .........………………………………….................      3
F. Hasil .......................................................................................      4
G. Kesimpulan .............................................................................     4
H. Saran    ....................................................................................      6
Daftar pustaka  ………………………………………................       7











A.  DASAR TEORI
1.      Pengertian dan funsi Vacuum Cleaner 
vacuum cleaner di definisikan sebagai alat pembersih karpet atau Carpet Sweeper awalnya. Namun memiliki arti yaitu penghisap debu. 
Penghisap debu ialah perkakas rumah tangga yang berfungsi sebagai ‘sapu elektronik’.
Sistem kerjanya menggunakan pompa udara untuk menciptakan keadaan kosong untuk menghisap debu dan kotoran, biasanya dari lantai. Sebagian besar rumah dengan lantai berkarpet di negara berkembang memiliki penghisap debu sebagai pembersih. Kotoran dikumpulkan dengan sistem penyaringan maupun siklon untuk kemudian dibuang. Sejumlah uji telah menunjukkan bahwa penghisapan debu dapat membunuh 100% kutu muda dan 96% kutu dewasa.
Vacuum cleaner secara umum digunakan untuk menghisap debu / kotoran berukuran kecil sedangkan kegunaannya dalam usaha cuci mobil dipergunakan untuk membersihkan bagian interior mobil seperti: jok, karpet, dashboard dan sela-sela bagian di bagian dalam mobil. Saat ini vacuum cleaner yang dipergunakan dalam usaha cuci mobil adalah vacuum yang memiliki kemampuan “WET ‘n DRY”, yakni bisa digunakan untuk menghisap permukaan kering dan basah (air).
    2.   komponen penyusun vacuum cleaner
penyedot (intake port), saluran keluar (exhaust port), motor listrik, kantong debu (dust bag).
a.    Penyedot merupakan bagian yang akan kita bersihkan atau tempat debu dihisap ke vacuum cleaner.
b.    Saluran keluar merupakan tempat udara yang dihisap keluar keatmosfir setelah dibersihkan melalui penyaring. Sedangkan debu ditampung dalam kantong debu.
c.    Motor listrik berfungsi untuk memutar kipas (fan). Perputaran fan ini yang mengakibatkan penurunan tekanan didalam vacuum cleaner (ruang hampa) sehingga debu terhisap. 
Apabila pembersih vakum dihubungkan ke sumber listrik dan dihidupkan, maka akan terjadi hal-hal sebagai berikut:
1. Arus listrik akan mengalir ke motor listrik sehingga motor berputar.
2. Motor akan memutar kipas angin (fan) yang dipasang pada poros motor.
3. Ketika berputar, sudu-sudu kipas angin menekan udara ke arah exhaust.
4. Apabila partikel-partikel udara ditekan, kerapatan udara meningkat di depan fan dan turun di belakang fan
3. Cara Perawatan Vacuum Cleaner
a)    Hindari menghisap debu pada area yang masih basah. Sebaiknya Anda tunggu hingga area tersebut kering. Hal ini perlu dilakukan untuk menghindarkan masuknya butiran-butiran air ke dalam mesin vacuum cleaner. Kelembapan dapat menyebabkan karat pada bagian mesin, sehingga mesin akan cepat rusak. 
b)    Hindari juga menghisap partikel-partikel berukuran besar. Agar nozzle (ujung pipa) vacuum clenaer tidak mudah tersumbat. Sebelum menghisap debu pada satu area, ada baiknya bersihkan terlebih dahulu area tersebut, dari sampah atau kotoran yang berukuran besar. Sehingga yang tersisa hanya debu-debu halus, yang biasanya sulit dibersihkan dengan hanya menyapu. 
c)    Anda perlu mengganti kantong debu vacuum cleaner setidaknya satu bulan sekali, agar tidak terjadi penumpukan kotoran. Tumpukan debu dan kotoran pada kantong debu, bisa menjadi sumber bakteri dan penyakit baru di rumah. Demi menjaga kesehatan seluruh keluarga, tak ada salahnya sedikit repot, kan? 
d)   Jika terdengar suara aneh atau tiba-tiba mesin vacuum cleaner terasa sangat panas, segera matikan. Kemudian periksa bagian dalamnya, bisa jadi ada partikel yang menyumbat pipa (selang) vacuum cleaner. 
e)    Biasakan untuk selalu membersihkan vacuum cleaner setiap kali selesai memakainya. Kemudian simpan pada tempat yang kering. 
       4.  Tips Membeli Vacuum Claner
1. Tipe
Mau yang kering saja atau yang bisa basah dan kering. Anda yang paling tahu yang tepat untuk kebutuhan di rumah. 
2. Kenyamanan
Jangan terburu-buru memutuskan pilihan hanya karena jatuh cinta pada desain. Pandangan pertama memang mempesona tapi sebaiknya jajal dulu barangnya. Beberapa produk melengkapi layanan jual mereka dengan gerai khusus jadi Anda bisa leluasa mencoba. 
3. Kantung debu
Kantung debu perlu diganti jika masa kerjanya sudah lama. Penggantian kantung debu sama artinya dengan menjaga kebersihan dan merawat vacuum cleaner Anda. Beberapa merek memberi bonus kantung debu pada saat pembelian. Kapasitas kantung debu juga disesuaikan dengan kondisi di rumah Anda. 
4. Panjang kabel
Ini ada hubungannya dengan luas area kerja Anda. Makin panjang tentunya makin baik karena tidak perlu berpindah stop kontak. 
5. Fasilitas parkir
Bukan ini bukan parkir untuk mobil, si vacuum ternyata juga perlu parkir lho. Bayangkan ketika Anda harus meninggalkan ruang yang sedang dibersihkan karena telepon masuk atau bunyi bel tanda tamu datang. Dengan fungsi parkir yang benar, nozzle tidak akan tergeletak sembarangan. Beberapa merek memberikan fungsi parkir yang horizontal dan vertikal. 
6. Daya yang dibutuhkan
Pilih vacuum yang hemat listrik. Ujung-ujungnya ini juga menghemat pengeluaran Anda. 
7. Tingkat kebisingan
Jangan memindahkan pasar ke rumah ketika proses bersih-bersih berlangsung. Suara yang ditimbulkan vacuum cleaner memang tetap ada, tapi juga bukan berarti Anda harus berteriak ketika vacuum bekerja. Pilih yang tingkat kebisingannya kecil. Pilihan Nozzle selain untuk karpet, nozzle juga bisa untuk tempat tinggi, kawat nyamuk, lekuk dinding. Makin banyak pilihan Nozzle atau moncong pipa tentu memudahkan Anda.

B.  TUJUAN
Tujuan melakukan praktikum yaitu untuk mengetahui prosedur kerja vacuum cleaner dengan cara benar serta dapat mengetahui dan mengenal vacuum cleaner.

C.  WAKTU PELAKSANAAN
     Hari/Tanggal : jum’at, 11 oktober 2014
     Tempat          : ruangan kelas tingkat 1b
     Jam                : 14.00 WITA
     Praktek          :  membersihkan debu dengan menggunakan Vacuum cleaner

D.  ALAT
     Vacuum cleaner.

E.   CARA KERJA
Ø Sebelum melakukan kegiatan Vacuuming, satukan semua perangkat vacuum, dengan menghubungkan semua pipa sambungan sampai pada mesinnya.
Ø Kemudian, tarik/urai keluar kabel listrik seperlunya dan hubungkan steker ke stop kontak. Tanda merah menunjukkan batas panjang yang efisien kabel yang dapat digunakan, jangan menarik kabel melebihi tanda berwarna merah. Untuk menggulung kabel power, tekan tombol penggulung kabel dengan satu tangan dan satu tangan lainnya mengatur kaabel agar tidak kusut.
Ø Tekan tombol On/Off untuk menyalakan/ mengaktifkan unit, sebaiknya atur pengatur daya hisap keposisi MIN sebelum menyalakan/mengaktifkan unit.
Ø Dengan memutar tombol pengatur daya hisap kekuatan hisap akan dapat diatur sesuai dengan kebutuhan.
Ø Penggunaan sikat
·      Floor/lantai/karpet
Panjangkan/keluarkan bulu sikat untuk membersihkan permukaan lantai keras. Lalu masukkan/tarik bulu sikat untuk membersihkan lantai pada ruangan yang menggunkan karpet. 
·      Sikat kecil
Digunakan untuk membersihkan debu pada tirai/gorden, buku, rak, kap lampu, dan benda yang sesuai lainnya.
·      Gap/celah
Digunkan untuk membersihkan celah, pojok/sudut, radiator, dan celah antara bantalan sofa.
Ø Jika selesai digunakan matikan penghisap debu (vacuum cleaner) dengan menekan tombol ON/OFF, kemudian gulung kembali kabel listrik.
Ø Terakhir memisahkan perangkat sambungan pipa dari mesin dan taruh kembali kedalam box/kotaknya agar dapat terawat dengan baik.

F.   HASIL
Yaitu dengan selesainya melakukan pembersihan dengan alat vacuum cleaner ruangan kelas 1b menjadi bersih,mengkilat terhindar dari debu.


G.  KESIMPULAN
Dari laporan diatas dapat kami simpulkan bahwa, Vacuum cleaner secara umum digunakan untuk menghisap debu atau kotoran berukuran kecil. dengan adanya alat vacuum cleaner  ini sekarang kita dapat  membersihkan dengan cara mudah dan sesuai dengan prosedur kerja.

H. SARAN
Saran yang bisa saya berikan adalah dengan adanya laporan ini semoga yang membacanya dapat mengetahui dan mengenal vacuum cleaner serta dapat  mempermudah untuk memilih vakum cleaner yang baik.


DAFTAR PUSTAKA

http://www.dailymail.co.uk/news/article-1248253/Pensioner-cleans-Britains-oldest-vacuum-cleaner.html (diakses sabtu, 12 oktober 2014)