Mata Kuliah : PMM – B
Dosen : Zaenab, SKM.,M.Kes
“ Laporan Pengamatan
Secara Fisik Terhadap Puding Dengan
Pengawetan Gula Pasir Dan Metode Penyimpanan Suhu Rendah”
Oleh
KELOMPOK 4:
NURUL FAHMI PO.71.4.221.13.2.012
ANDI NURUL HILAL PO.71.4.221.13.2.032
EVI NURSYAFITRI PO.71.4.221.13.2.038
SUKMAWATI PO.71.4.221.13.2.047
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK
INDONESIA
POLITEKNIK
KESEHATAN MAKASSAR
KESEHATAN
LINGKUNGAN
PRODI D.IV
2016
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim.
Puji syukur atas kehadirat Allah swt. Yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga Laporan PMM-B ini dapat selesai dengan tepat waktu. Terwujudnya makalah ini, tidak terlepas dari bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu saya selaku penulis mengucapkan terima kasih kepada:
Puji syukur atas kehadirat Allah swt. Yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga Laporan PMM-B ini dapat selesai dengan tepat waktu. Terwujudnya makalah ini, tidak terlepas dari bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu saya selaku penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1.
Zaenab, SKM.,M.Kes selaku dosen pengampu pada mata kuliah PMM-B yang telah
memberikan ilmu dan sumbangsinya dalam
menyusun makalah ini.
2.
Bapak dan Ibu tercinta yang telah
memberikan motivasi dan dukungan baik moral maupun spiritual.
3.
Teman-teman yang tercinta yang
telah sabar untuk meluangkan waktunya untuk berdiskusi dalam menyusun makalah
ini.
4.
Dan semua pihak yang telah
membantu dalam menyusun makalah ini.
Dalam makalah ini terdapat beberapa
pembahasan materi mengenai PMM-B.
Namun dalam penyusunannya masih terdapat banyak kekurangan oleh karena itu
kritik dan saran yang membangun diharapkan penulis dari semua pihak, agar
kedepannya lebih baik lagi dalam menyusun makalah.
Akhir kata semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak, baik itu
penulis terlebih kepada pembacanya.
Wasallam.
Makassar, Januari
2016
penyusun
DAFTAR
ISI
Kata pengantar ........................................................................... i
Daftar isi
.................................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
......................................................... 1
B. Tujuan ....................................................................... 2
BAB II TINJAUAN
PUSTAKA
A. Pengolahan dengan pembekuan ............................... 3
B. Puding ...………….................................................... 3
C. Tinjauan tentang pengawetan gula ........................... 4
BAB III METODOLOGI PENGAMATAN
A.
Jenis pengamatan
..................................................... 7
B.
Waktu dan tempat …................................................ 7
C.
Prosedur kerja .......................................................... 7
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil …………......…….......................................... 10
B. Pembahasan
...............………………........……….. 11
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
….…………………………………...... 13
B. Saran
........................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN FOTO
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyimpanan dengan suhu rendah merupakan salah satu
penyimpanan yang sering dilakukan di masyarakat. Dengan menyimpan bahan makanan
pada suhu rendah maka dapat menghambat penuan pematangan pelunakan dan
perubahan warna serta tekstur, mengurangi kerusakan yang diakibatkan oleh
aktivitas mikroba, dapat mengurangi kegiatan respirasi dan metabolik lain,
dll. Penyimpanan dengan suhu rendah
dapat dilakukan dengan menggunakan alat refrigrator (kulkas), dengan box yang
diberi es,dll. Penyimpanan dengan suhu rendah dapat dilakukan dengan 2 cara
yaitu pembekuan dan pendinginan. Pudding agar-agar terbuat dari
agar-agar dan disajikan dingin karena harus di bekukan terlebih dahulu dalam
almari es. Puding adalah nama untuk berbagai hidangan penutup yang umumnya
dibuat dari bahan-bahan yang direbus atau dikukus. Puding dengan bahan
baku susu (yogurt), tepung maizena, tapioka, atau telur dihidangkan setelah
didinginkan lebih dulu. Puding seperti ini rasanya manis dengan perisa coklat, karamel, vanila, atau buah-buahan. Puding agar-agar dibuat dengan
mencampur agar-agar bersama susu, tepung maizena, atau telur kocok. Puding
agar-agar sering dihidangkan dengan saus yang disebut vla.
Semua bahan makanan dapat dilakukan penyimpanan dengan suhu
rendah termasuk pembekuan dan pendinginan namun dalam melakukan penyimpanan
pada suhu rendah harus diperhatikan suhu yang digunakan dalam melakukan
penyimpanan karena pada setiap bahan makanan memiliki suhu yang berbeda-beda
dalam hal penyimpanan dengan suhu rendah apabila suhu pada saat penyimpanan
suhu rendah tidak diperhatikan maka akan menimbulkan kerusakan pada bahan
makanan tersebut. Kerusakan yang dapat timbul dikarenakan penyimpanan suhu rendah
yaitu chiling injury dan freeze injury. Semua bahan yang disimpan pada suhu
rendah dapat mengalami perubahan fisik dan komposisi kimia dari bahan tersebut.
B. Tujuan
Untuk mengetahui hasil
pengamatan secara fisik terhadap proses pengolahan dan pengawetan dengan metode suhu
rendah & dingin, dan pengawetan dengan menggunakan gula pasir selama 2
minggu penyimpanan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Pengolahan dengan Pembekuan
Pembekuan merupakan salah satu
pengolahan/pengawetan dengan suhu rendah. Prinsip dasar pengawetan
dengan menggunakan suhu rendah adalah memperlambat kecepatan reaksi metabolisme
dan menghambat pertumbuhan mikroorganisme penyebab kebusukan dan
kerusakan. Prinsip yang pertama dapat kita pahami karena setiap penurunan
suhu sebesar 8oC maka kecepatan reaksi metabolisme berkurang
setengahnya. Jadi, semakin rendah suhu penyimpanan maka bahan pangan
akan semakin lama rusaknya, atau dengan kata lain bahan pangan akan semakin
awet. Prinsip yang kedua akan efektif jika bahan pangan dibersihkan
dulu sebelum didinginkan. Hal ini dimaksudkan bahan pangan yang akan disimpan
sedapat mungkin terbebas dari kontaminan awal, terutama mikroorganisme dari
golongan psikrofilik yang tahan suhu dingin. Dapat
disimpulkan bahwa menyimpan makanan pada suhu rendah (pada lemari es atau
lemari beku) dapat mengurangi kerusakan makanan dan memper- lambat proses
pelayuan. Suhu dingin juga membatasi tumbuhnya bakteri yang merugikan.
Pembekuan adalah
suatu unit operasi di mana suhu makanan dikurangi di bawah titik pembekuan dan
bagian air mengalami perubahan untuk membentuk kristal-kristal
es. Dengan pembekuan makanan dapat awet yang dicapai melalui
kombinasi dari suhu rendah, berkurangnya aw, dan perlakuan pendahuluan melalui
blansir. Perubahan gizi dan mutu organoleptik hanya sedikit apabila
prosedur pembekuan dan penyimpanan diikuti. ( Sri Rini, 2008).
B. Puding
Puding disajikan dingin karena harus dibekukan
terlebih dahulu dalam almari es. Kuncinya agar dalam pembuatan puding ini
tidak mengalami kegagalan agar-agar harus direbus hingga mendidih betul.
Jika menginginkan hasil puding jernih perebusan dilakukan secara perlahan
menggunakan api rendah hingga mendidih pelan. Variasi puding agar-agar
diperoleh dari penambahan bahan-bahan seperti susu, telur, pewarna,
pengaroma,dan buah-buahan. Teknik pencetakan pudding sangat menentukan
hasil jadi pudding. Teknik pencetakan yang sering digunakan adalah lapis
(puding pelangi), Mozaik (pudding mozaik), dan puding warna
– warni dalam puding jernih (pudding kaca). Hal yang perlu diperhatikan
pada saat pencetakan pudding adalah timing (waktu), artinya waktu yang tepat
untuk menuangkan pudding pada cetakan apalagi jenis puding lapis,
waktu untuk melapis harus diperhatikan kapan harus menuang
puding diatas lapisan yang agak beku. Puding yang ditambah dengan
putih telur yang dikocok hinggakaku akan menghasilkan puding dengan
tekstur yang lembut seperti busa yang dalam istilah asingnya disebut
”Bavarois”. Kesulitan yangsering membuat bavarois dikatakan gagal adalah adanya
lapisan busadan pudding jika telah membeku. Lapisan tersebut dapat
saja terjadi jika pada saat pengadukan tidak homogen atau pada saat
memasukkanadonan agar-agar dalam putih telur kocok sudah dalam suhu dingin.Variasi
yang diperoleh dapat ditambahkan caramel, juice buah, atau essence. Contoh :
Pineapple Bavarois, Bavarois Hopyes, Orange Bavarois. Penambahan kuning telur
dalam pudding menghasilkan pudding yang mempunyai tekstur lembut dan penuh
gizi. Teknik mencampur kuning telur sama dengan teknik yang digunakan pada
proses pembuatan Vanilla Sauce. Contoh: Black Forest Pudding.
Puding dapat divariasi dengan menggunakan buah. Buah yangdigunakan dapat
berupa buah segar (dapat diblanch terlebih dahulu), buah siap saji, juice
buah atau puree buah.
C. Tinjauan Tentang Pengawetan Degan Gula Pasir
Pengawetan makanan adalah cara yang digunakan untuk
membuat makanan memiliki daya
simpan yang lama dan mempertahankan sifat-sifat fisik dan kimia makanan.
Dalam mengawetkan makanan harus diperhatikan jenis bahan makanan yang
diawetkan, keadaan bahan makanan, cara pengawetan, dan daya tarik produk
pengawetan makanan.[1] Teknologi pengawetan makanan
yang dikembangkan dalam skala industri masa kini berbasis
pada cara-cara tradisional yang dikembangkan
untuk memperpanjang masa konsumsi bahan makanan.
Salah satunya yaitu penambahan sebagai
pengawet. Pegawetan dengan Gula pasir adalah butiran menyerupai kristal yang
merupakan hasil pemanasan dan pengeringan sari tebu atau bit. Anda tentu sudah
tahu bentuk gula pasir, yaitu butiran berwarna putih yang tersusun atas 99.9%
sakarosa murni. Selain dijual dalam bentuk butiran, gula pasir juga dijual
dalam bentuk tepung, populer dengan sebutan gula halus.
Gula pasir digunakan sebagai pengawet dan lebih efektif bila dipakai
dengan tujuan menghambat pertumbuhan bakteri. Sebagai bahan pengawet, pengunaan
gula pasir minimal 3% atau 30 gram/kg bahan. Gula atau sukrosa merupakan
karbohidrat berasa manis yang sering pula digunakan sebagai bahan
pengawetkhususnya komoditas yang telah mengalami perlakuan panas. Perendaman
dalamlarutan gula secara bertahap pada konsentrasi yang semakin tinggi
merupakansalah satu cara pengawetan pangan dengan gula. Gula seperti halnya
garam jugamenghambat pertumbuhan dan aktivitas bakteri penyebab pembusukan,
kapang,dan khamir.
Makanan yang dimasak dengan kadar sukrosa/gula pasir tinggi
akanmeningkatkan tekanan osmotik yang tinggi sehingga menyebabkan bakteri
terhambat. Gula terlibat dalam pengawetan dan pembuatan aneka ragam
produk-produk makanan.Beberapa diantaranya yang biasa dijumpai termasuk selai,
jeli, marmalade, sari buah pekat, sirup buah-buhan, buah-buahan bergula, umbi
dan kulit, buah-buahan beku dalam sirup, acar manis, chutney, susukental manis,
madu.Walaupun gula sendiri mampu untuk memberi stabilitas mikroorganisme pada
suatu produkmakanan jika diberikan dalam konsentrasi yang cukup (di atas 70%
padatan terlarut biasanyadibutuhkan), ini pun umum bagi gula untuk dipakai
sebagai salah satu kombinasi dari teknik pengawetanbahan pangan. Kadar gula
yang tinggi bersama dengan kadar asam yang tinggi (pH rendah), perlakukandengan
pasteurisasi secara pemanasan, penyimpanan pada suhu rendah, dehidrasi dan
bahan-bahanpengawet kimia (seperti belerangdioksida, asam benzoat) merupakan
teknik-teknik pengawetan panganyang penting.Apabila gula ditambahkan ke dalam
bahan pangan dalam konsentrasi yang tinggi (paling sedikit40% padatan terlarut)
sebagian dari air yang ada menjadi tidak tersedia untuk pertumbuhanmikroorganisme
dan aktivitas air (aw) dari bahan pangan berkurangWalaupun demikian, pengaruh
konsentrasi gula pada aw bukan merupakan faktor satu-satunya yangmengendalikan
pertumbuhan berbagai mikroorganisme karena bahan-bahan dasar yang
mengandungkomponen yang berbeda-beda tetapi dengan nilai aw yang sama dapat
menunjukkan ketahanan yangberbeda-beda terhadap kerusakan karena
mikroorganisme.Produk-produk pangan berkadar gula yang tinggi cenderung rusak
oleh khamir dan kapang, yaitukelompok mikroorganisme yang relatif mudah dirusak
oleh panas (seperti dalam pasteurisasi) ataudihambat oleh hal-hal lain.
Monosakarida lebih efektif dalam menurunkan aw bahan pangan dibanding
dengan disakarida ataupolisakarida pada konsentrasi yang sama, dan digunakan
dengan sukrosa dalam beberapa produkseperti selai.
BAB III
METODE PENGAMATAN
A. Jenis Pengamatan
Proses pengolahan dan pengawetan
pembekuan pudding agar-agar dengan mengunakan variasi penambahan kadar gula
pasir yang
diamati selama minggu penyimpanan.
B. Waktu Dan Tempat
Praktikum ini dilakukan pada :
Hari/tanggal :
Selasa-Kamis, 24 November – 24 Desember 2015
Waktu :
Pukul. 15.00 – selesai
Tempat : Laboratorium kampus Poltekkes Makassar
jurusan kesehatan lingkungan
C. Prosedur
Kerja
1. Alat dan Bahan
a.
Alat :
1)
Cetakan agar-agar/pudding ukuran
sedang1 set
2)
Wadah/ mangkok untuk
menuangkan/mengukur cc air
3)
Panci 1 buah
4)
Sendok makan untuk mengukur gula
5)
Sendok sup untuk mengaduk
6)
Gunting
b.
Bahan :
1)
Bubuk puding coklat 3 bungkus
2)
Gula pasir putih 200 gram, 300 garm,400 gram.
3)
Air 800 ml
4)
Susu bubuk 2 sendok teh
2. Cara Pembuatan
a.
Memasukkan 1 bungkus bubuk puding
melon ke dalam panci.
a.
Menambahkan gula pasir secara
bervariasi untuk perlakuan I: 200 gram, ,II: 300 gram dan III: 400 gram.
b.
Memasukkan air kurang lebih 800 ml ke dalam panci tersebut.
c.
Mengaduk hingga merata hingga
sedikit mendidih dan setelah itu memasukkan buah naga yang sudah dihaluskan
tadi ke dalam panci tersebut.
d.
Mengaduk hingga merata sampai air
mendidih. Mematikan kompor.
e.
Menunggu hingga adonan puding
tidak terlalu panas.
f.
Membasahi cetakan puding yang
berbentuk bulat dengan air.
g.
Menuangkan puding yang masih
hangat ke dalam cetakan.
h.
Menyimpan di dalam kulkas dan
menunggu hingga puding dingin dan mengeras.
i.
Setelah itu mengeluarkan puding dari
lemari pendingin.
3. Cara Pengawetan
Pengawetan pudding agar ini dilakukan dengan suhu
rendah/beku caranya didinginkan di dalam kulkas (refrigator) selama 1 bulan
untuk melihat ketahanan dari makanan olahan tersebut dengan penambahan gula
pasir secara bervariasi untuk perlakuan I: 200 gram, ,II: 300 gram dan III: 400
gram.
4. Cara Pemeriksaan
a.
Pemeriksaan MPN Coliform
b.
Metode Pemeriksaan
: Tabung ganda
c.
Alat Yang Digunakan
:
-
Timbangan - Ose
-
Glass Erlenmeyer - Beacker
glass
- Incubator
- Gelas ukur
- Tabung Reaksi - Batang Pengaduk
- Petridish - water bath
- Lampu spiritus - Auto
clave
d.
Bahan Yang Digunakan :
- Sampel makanan atau minuman - Media TSS dan SSL
-
aquadest - Media BGLB
e.
Prosedur Kerja
a)
Tes Perkiraan :
-
Timbang 10 Gr Sampel Makanan Atau
10 Sampel Dalam Bentuk Cair
-
Makanan Dalam Bentuk Padat Di
Blender + Air Pepton 90 Ml
-
Pipet 1 Ml Sampel,
Kemudian Masukkan Dalam Tabung Yang Berisi Lactose Broth Sebanyak 1 Ml
-
Inkubasikan Daklam
Incubator Selama 1 X 24 Jam Dengan Suhu 35˚C
-
Lakukan Pengamatan Bila Positif Warna Keruh Dan Ada
Gas Pada Tabung Durham
-
Jika Sampel Masih
Negative, Lanjutkan Simpan Dalam
Incubator Selama Incubator Selama 2 X 24 Jam Dengan Suhu 35˚C
b)
Tes Penegasan:
-
Dari setiap tabung
lactosa yang positif diambil 1-2 mata ose .
-
Masukkan ke tabung
EC Broth, inkubasikan tabung tersebut selama 1 x 24 jam dengan suhu 45,5 ˚C
-
Jika sampel negative dilanjutkan kembali untuk diinkubasikan
selama selama 1 x 24 jam dengan suhu 45,5 ˚C
-
Koloni yang
tersangka positif terdapat gas pada tabung Ec medium
-
Lanjutkan pada TES
lengkap
c)
Tes Lengkap:
-
Amati pada tabung
EC medium, jika positif pindahkan pada
media EMB Agar
-
Ambil 1-2 mata
ose,lalu zig zag di media agar
-
Inkubasikan selama
18-24 jam, dengan suhu 35˚C
-
Coloni tersangka
datar , bewarna gelap dengan atau tanpa kilatan logam.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
Dari pengamatan secara fisik terhadap pudding
dengan pengawetan gula pasir dan metode suhu rendah dapat dilihat pada table
berikut:
konsentrasi
|
Waktu
|
Rasa
|
Tekstur
|
Bau
|
Warna
|
200 gram
|
sebelum
|
Tidak terlalu manis
|
Keras
|
Khas bau coklat+gula
|
kecoklatan
|
sesudah
|
Tidak terlalu manis
|
Keras
|
Khas bau coklat+gula
|
kecoklatan
|
|
2
minggu penyimpanan
|
Tambah tidak manis
|
lembek ‘berair
|
Khas bau coklat+gula
|
kecoklatan
|
|
300 gram
|
Sebelum
|
Manis
|
Keras
|
Khas bau coklat+gula
|
kecoklatan
|
Sesudah
|
Manis
|
Keras
|
Khas bau coklat+gula
|
kecoklatan
|
|
2 minggu penyimpanan
|
Manis berkurang sedikit(normal)
|
Lembek tidak terlalu
keras, berair
|
Khas bau coklat+gula
|
kecoklatan
|
|
400 gram
|
Sebelum
|
Manis sekali
|
Keras
|
Khas bau coklat+gula
|
kecoklatan
|
Sesudah
|
Manis sekali
|
Keras
|
Khas bau coklat+gula
|
kecoklatan
|
|
2 minggu penyimpanan
|
Manis sekali
|
lembek, berair sekali
|
Khas bau coklat+gula
|
kecoklatan
|
B.
Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan secara fisik
terhadap puding dengan pengawetan gula pasir dan metode suhu rendah yang paling
baik digunakan yaitu dengan konsentrasi 300 gram gula pasir mulai dari
rasa,tekstur,bau, dan warna dibandingkan dengan gula 200 gram dan 400 gram
tidak sesuai dengan keinginan.
Pudding dengan konsentrasi 300 gram merupakan
hasil pengolahan yang sesuai berdasarkan hasil pengamatan secara fisik yaitu
rasa tidak terlalu manis dalam artian normal dengan penambahan gula
tersebut,tekstur tidak lembek dimana penambahan dipengaruhi oleh lama
penyimpanan semakin lama semakin berair karena aktivitas air gula dan tidak keras serta tidak berair karena
takaran penambahan yang sesuai, masih khas bau coklat dan gula, dan warna masih tetap kecoklatan berdasarkan
warna sebelumnya dengan penambahan bubuk pudding coklat saehingga kemungkinan
lebih banyak disukai oleh konsumen sebab untuk penambahan gula dengan
konsentrasi 200 gram yang menjadi kekurangan dari segi rasa yang diamati
ketrika minggu penyimpanan pudding
rasanya kurang manis karena konsetrasi gula sedikit dimana pada saat
penyimpanan selama 2 minggu airnya berkurang dan untuk konsentrasi 400 gram
sebaliknya dengan konsentrasi tersebut pudding terlalu manis sehingga kurang
banyak yang menyukainya karena dapat beresiko penyakit misalnya diabetes
mellitus.
Apabila gula ditambahkan ke dalam bahan pangan dalam
konsentrasi yang tinggi (paling sedikit 40% padatan terlarut) sebagian dari air
yang ada menjadi tidak tersedia untuk pertumbuhan mikroorganisme dan aktivitas
air dari bahan pangan berkurang sehingga bahan pangan akan menjadi lebih awet
(Buckle, K. A., dkk, 1985).
Gula dapat digunakan sebagai bahan pengawet karena
gula dapat mencegah pertumbuhan mikroorganisme dengan cara mempengaruhi
aktivitas air (aw) dari bahan pangan. konsentrasi gula yang
digunakan untuk mengawetkan bahan pangan cukup tinggi yaitu sekitar 65 % – 70
%. Gula digunakan untuk mengawetkan makanan.
Walaupun demikian, pengaruh konsentrasi gula pada aw
bukan merupakan faktor satu-satunya yang mengendalikan pertumbuhan
berbagai mikroorganisme karena bahan-bahan dasar yang mengandung komponen yang
berbeda-beda tetapi dengan nilai aw yang sama dapat menunjukkan
ketahanan yang berbeda-beda terhadap kerusakan karena mikroorganisme (Buckle,
K. A., dkk, 1985).
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa Berdasarkan hasil pengamatan secara
fisik terhadap puding dengan pengawetan gula pasir dan metode suhu rendah
dengan lama penyimpanan 2 minggu yang
paling baik digunakan yaitu dengan konsentrasi 300 gram gula pasir mulai dari
rasa,tekstur,bau, dan warna dibandingkan dengan gula 200 gram dan 400 gram
tidak sesuai dengan keinginan yang masih dapat beresiko menimbulkan penyakit.
Gula dapat digunakan sebagai bahan pengawet karena
gula dapat mencegah pertumbuhan mikroorganisme dengan cara mempengaruhi
aktivitas air (aw) dari bahan pangan. konsentrasi gula yang
digunakan untuk mengawetkan bahan pangan cukup tinggi yaitu sekitar 65 % – 70
%. Gula digunakan untuk mengawetkan makanan.
B.
Saran
Sebaiknya dalam pengawetan
dengan suhu rendah sebaiknya dipilih bahan pangan yang memang harus diawetkan dengan
suhu yang rendah agar tidak merusak kandungan fisik dari bahan pangan. Serta
menggunakan penambahan pengawet yang tidak berlebihan agar dapat terhindar dari
resiko penyakit.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim, Laporan
Praktikum Suhu Rendah, http://documents.tips/documents/laporan-praktikum-suhu-rendah.html, Diakses pada 17 November 2015.
Anonim, 2014,
Makalah Teknologi Pengawetan Makanan, http://www.mengejarasa.com/2014/03/makalah-teknologi-pengawetan-makanan.html, diakses pada 18 Noember 2015
Indah, 2011,
Makalah Pengolahan dan Pengawetan Makanan, https://bebeindah.wordpress.com/2011/01/10/makalah-pengolahan-dan-pengawetan-makanan/, diakses pada 18 Noveber 2015
Nindi Silvia
Melyasari, 2014, Makalah Bahan, Pengawet , http://nindisilviamelyasari.blogspot.co.id/2014/12/makalah-bahan-pengawet.html , Diakses pada 18 November 2015
Wildan Kesuma Putra
, 2012, Pengawetan dengan Suhu Rendah, http://wildankesumaputra.blogspot.co.id/2012/05/pengawetan-dengan-suhu-rendah.html, diakses pada 18 November 2015.
Prezi, Pengolahan
dengan Suhu Rendah Pendinginan dan Pembekuan, https://prezi.com/equ2dj0dpk4y/pengolahan-dengan-suhu-rendah-pendinginan-danpembekuan/, diakses pada 18 November 2015.
Buckle, K. A., dkk. 1985. Ilmu Pangan. Penerjemah :
Hari Purnomo dan Afiono. Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press), Jakarta.
Tjahjadi, C. dan Marta, H. 2011. Pengantar
Teknologi Pangan. Universitas Padjadjaran, Jatinangor.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar