Jumat, 26 Agustus 2016

Laporan Pengamatan Secara Fisik Terhadap Puding Dengan Pengawetan Gula Pasir Dan Metode Penyimpanan Suhu Rendah


Mata Kuliah                   : PMM – B
Dosen                             : Zaenab, SKM.,M.Kes

Laporan Pengamatan Secara Fisik Terhadap Puding  Dengan Pengawetan Gula Pasir Dan Metode Penyimpanan Suhu Rendah

  
Oleh
KELOMPOK 4:
NURUL FAHMI                                                                   PO.71.4.221.13.2.012
ANDI NURUL HILAL                                                         PO.71.4.221.13.2.032
EVI NURSYAFITRI                                                             PO.71.4.221.13.2.038
SUKMAWATI                                                                       PO.71.4.221.13.2.047
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR
KESEHATAN LINGKUNGAN
PRODI D.IV
2016



KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.
              Puji syukur atas kehadirat Allah swt. Yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga Laporan P
MM-B ini dapat selesai dengan tepat waktu. Terwujudnya makalah ini, tidak terlepas dari bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu saya selaku penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1.      Zaenab, SKM.,M.Kes selaku dosen pengampu pada mata kuliah PMM-B yang telah memberikan ilmu  dan sumbangsinya dalam menyusun makalah ini.
2.      Bapak dan Ibu tercinta yang telah memberikan motivasi dan dukungan baik moral maupun spiritual.
3.      Teman-teman yang tercinta yang telah sabar untuk meluangkan waktunya untuk berdiskusi dalam menyusun makalah ini.
4.      Dan semua pihak yang telah membantu dalam  menyusun makalah ini.
Dalam makalah ini terdapat beberapa pembahasan materi mengenai PMM-B. Namun dalam penyusunannya masih terdapat banyak kekurangan oleh karena itu kritik dan saran yang membangun diharapkan penulis dari semua pihak, agar kedepannya lebih baik lagi dalam menyusun makalah.  
Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, baik itu  penulis terlebih kepada pembacanya.
Wasallam.
Makassar,    Januari 2016


penyusun


DAFTAR ISI
Kata pengantar ...........................................................................         i
Daftar isi ....................................................................................         ii
BAB I  PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang .........................................................       1
B.  Tujuan .......................................................................       2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengolahan dengan pembekuan ...............................         3
B. Puding ...…………....................................................        3
C. Tinjauan tentang pengawetan gula ...........................         4
BAB III METODOLOGI PENGAMATAN
A.      Jenis pengamatan .....................................................       7
B.       Waktu dan tempat …................................................       7
C.       Prosedur kerja ..........................................................       7
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A.  Hasil …………......……..........................................         10
B.  Pembahasan ...............………………........………..         11
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ….…………………………………......         13
B.  Saran ........................................................................          13
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN FOTO




BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Penyimpanan dengan suhu rendah merupakan salah satu penyimpanan yang sering dilakukan di masyarakat. Dengan menyimpan bahan makanan pada suhu rendah maka dapat menghambat penuan pematangan pelunakan dan perubahan warna serta tekstur, mengurangi kerusakan yang diakibatkan oleh aktivitas mikroba, dapat mengurangi kegiatan respirasi dan metabolik lain, dll.    Penyimpanan dengan suhu rendah dapat dilakukan dengan menggunakan alat refrigrator (kulkas), dengan box yang diberi es,dll. Penyimpanan dengan suhu rendah dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu pembekuan dan pendinginan.    Pudding agar-agar terbuat dari agar-agar dan disajikan dingin karena harus di bekukan terlebih dahulu dalam almari es. Puding adalah nama untuk berbagai hidangan penutup yang umumnya dibuat dari bahan-bahan yang direbus atau dikukus. Puding dengan bahan baku susu (yogurt), tepung maizenatapioka, atau telur dihidangkan setelah didinginkan lebih dulu. Puding seperti ini rasanya manis dengan perisa coklatkaramelvanila, atau buah-buahan. Puding agar-agar dibuat dengan mencampur agar-agar bersama susu, tepung maizena, atau telur kocok. Puding agar-agar sering dihidangkan dengan saus yang disebut vla.
Semua bahan makanan dapat dilakukan penyimpanan dengan suhu rendah termasuk pembekuan dan pendinginan namun dalam melakukan penyimpanan pada suhu rendah harus diperhatikan suhu yang digunakan dalam melakukan penyimpanan karena pada setiap bahan makanan memiliki suhu yang berbeda-beda dalam hal penyimpanan dengan suhu rendah apabila suhu pada saat penyimpanan suhu rendah tidak diperhatikan maka akan menimbulkan kerusakan pada bahan makanan tersebut. Kerusakan yang dapat timbul dikarenakan penyimpanan suhu rendah yaitu chiling injury dan freeze injury. Semua bahan yang disimpan pada suhu rendah dapat mengalami perubahan fisik dan komposisi kimia dari bahan tersebut.
B.  Tujuan
Untuk mengetahui hasil pengamatan secara fisik terhadap proses pengolahan dan pengawetan dengan metode suhu rendah & dingin, dan pengawetan dengan menggunakan gula pasir selama 2 minggu penyimpanan.




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.  Pengolahan dengan Pembekuan
Pembekuan merupakan salah satu pengolahan/pengawetan dengan suhu rendah. Prinsip dasar pengawetan dengan menggunakan suhu rendah adalah memperlambat kecepatan reaksi metabolisme dan menghambat pertumbuhan mikroorganisme penyebab kebusukan dan kerusakan.  Prinsip yang pertama dapat kita pahami karena setiap penurunan suhu sebesar 8oC maka kecepatan reaksi metabolisme berkurang setengahnya.  Jadi, semakin rendah suhu penyimpanan maka bahan pangan akan semakin lama rusaknya, atau dengan kata lain bahan pangan akan semakin awet.  Prinsip yang kedua akan efektif jika bahan pangan dibersihkan dulu sebelum didinginkan. Hal ini dimaksudkan bahan pangan yang akan disimpan sedapat mungkin terbebas dari kontaminan awal, terutama mikroorganisme dari golongan psikrofilik yang tahan suhu dinginDapat disimpulkan bahwa menyimpan makanan pada suhu rendah (pada lemari es atau lemari beku) dapat mengurangi kerusakan makanan dan memper- lambat proses pelayuan. Suhu dingin juga membatasi tumbuhnya bakteri yang merugikan.
Pembekuan adalah suatu unit operasi di mana suhu makanan dikurangi di bawah titik pembekuan dan bagian air mengalami perubahan untuk membentuk kristal-kristal es.  Dengan pembekuan makanan dapat awet yang dicapai melalui kombinasi dari suhu rendah, berkurangnya aw, dan perlakuan pendahuluan melalui blansir. Perubahan gizi dan mutu organoleptik hanya sedikit apabila prosedur pembekuan dan penyimpanan diikuti.  ( Sri Rini, 2008).
B.  Puding
Puding  disajikan dingin karena harus dibekukan terlebih dahulu dalam almari es. Kuncinya agar dalam pembuatan puding ini tidak mengalami kegagalan agar-agar harus direbus hingga mendidih betul. Jika menginginkan hasil puding jernih perebusan dilakukan secara perlahan menggunakan api rendah hingga mendidih pelan. Variasi puding agar-agar diperoleh dari penambahan bahan-bahan seperti susu, telur, pewarna, pengaroma,dan buah-buahan. Teknik pencetakan pudding sangat menentukan hasil jadi pudding. Teknik pencetakan yang sering digunakan adalah lapis  (puding pelangi),  Mozaik (pudding mozaik), dan puding warna – warni dalam puding jernih (pudding kaca). Hal yang perlu diperhatikan pada saat pencetakan pudding adalah timing (waktu), artinya waktu yang tepat untuk menuangkan pudding pada cetakan apalagi jenis puding lapis,  waktu untuk melapis harus diperhatikan kapan harus menuang puding diatas lapisan yang agak beku. Puding yang ditambah dengan putih telur yang dikocok hinggakaku akan menghasilkan puding dengan tekstur yang lembut seperti busa yang dalam istilah asingnya disebut ”Bavarois”. Kesulitan yangsering membuat bavarois dikatakan gagal adalah adanya lapisan busadan pudding jika telah membeku. Lapisan tersebut dapat saja terjadi jika pada saat pengadukan tidak homogen atau pada saat memasukkanadonan agar-agar dalam putih telur kocok sudah dalam suhu dingin.Variasi yang diperoleh dapat ditambahkan caramel, juice buah, atau essence. Contoh : Pineapple Bavarois, Bavarois Hopyes, Orange Bavarois. Penambahan kuning telur dalam pudding menghasilkan pudding yang mempunyai tekstur lembut dan penuh gizi. Teknik mencampur kuning telur sama dengan teknik yang digunakan pada proses pembuatan Vanilla Sauce. Contoh: Black Forest Pudding. Puding dapat divariasi dengan menggunakan buah. Buah yangdigunakan dapat berupa buah segar (dapat diblanch terlebih dahulu), buah siap saji, juice buah atau puree buah.
C.  Tinjauan Tentang  Pengawetan Degan Gula Pasir
Pengawetan makanan adalah cara yang digunakan untuk membuat makanan memiliki daya simpan yang lama dan mempertahankan sifat-sifat fisik dan kimia makanan. Dalam mengawetkan makanan harus diperhatikan jenis bahan makanan yang diawetkan, keadaan bahan makanan, cara pengawetan, dan daya tarik produk pengawetan makanan.[1] Teknologi pengawetan makanan yang dikembangkan dalam skala industri masa kini berbasis pada cara-cara tradisional yang dikembangkan untuk memperpanjang masa konsumsi bahan makanan.
Salah satunya yaitu penambahan sebagai pengawet. Pegawetan dengan Gula pasir adalah butiran menyerupai kristal yang merupakan hasil pemanasan dan pengeringan sari tebu atau bit. Anda tentu sudah tahu bentuk gula pasir, yaitu butiran berwarna putih yang tersusun atas 99.9% sakarosa murni. Selain dijual dalam bentuk butiran, gula pasir juga dijual dalam bentuk tepung, populer dengan sebutan gula halus.
Gula pasir digunakan sebagai pengawet dan lebih efektif bila dipakai dengan tujuan menghambat pertumbuhan bakteri. Sebagai bahan pengawet, pengunaan gula pasir minimal 3% atau 30 gram/kg bahan. Gula atau sukrosa merupakan karbohidrat berasa manis yang sering pula digunakan sebagai bahan pengawetkhususnya komoditas yang telah mengalami perlakuan panas. Perendaman dalamlarutan gula secara bertahap pada konsentrasi yang semakin tinggi merupakansalah satu cara pengawetan pangan dengan gula. Gula seperti halnya garam jugamenghambat pertumbuhan dan aktivitas bakteri penyebab pembusukan, kapang,dan khamir.
Makanan yang dimasak dengan kadar sukrosa/gula pasir tinggi akanmeningkatkan tekanan osmotik yang tinggi sehingga menyebabkan bakteri terhambat. Gula terlibat dalam pengawetan dan pembuatan aneka ragam produk-produk makanan.Beberapa diantaranya yang biasa dijumpai termasuk selai, jeli, marmalade, sari buah pekat, sirup buah-buhan, buah-buahan bergula, umbi dan kulit, buah-buahan beku dalam sirup, acar manis, chutney, susukental manis, madu.Walaupun gula sendiri mampu untuk memberi stabilitas mikroorganisme pada suatu produkmakanan jika diberikan dalam konsentrasi yang cukup (di atas 70% padatan terlarut biasanyadibutuhkan), ini pun umum bagi gula untuk dipakai sebagai salah satu kombinasi dari teknik pengawetanbahan pangan. Kadar gula yang tinggi bersama dengan kadar asam yang tinggi (pH rendah), perlakukandengan pasteurisasi secara pemanasan, penyimpanan pada suhu rendah, dehidrasi dan bahan-bahanpengawet kimia (seperti belerangdioksida, asam benzoat) merupakan teknik-teknik pengawetan panganyang penting.Apabila gula ditambahkan ke dalam bahan pangan dalam konsentrasi yang tinggi (paling sedikit40% padatan terlarut) sebagian dari air yang ada menjadi tidak tersedia untuk pertumbuhanmikroorganisme dan aktivitas air (aw) dari bahan pangan berkurangWalaupun demikian, pengaruh konsentrasi gula pada aw bukan merupakan faktor satu-satunya yangmengendalikan pertumbuhan berbagai mikroorganisme karena bahan-bahan dasar yang mengandungkomponen yang berbeda-beda tetapi dengan nilai aw yang sama dapat menunjukkan ketahanan yangberbeda-beda terhadap kerusakan karena mikroorganisme.Produk-produk pangan berkadar gula yang tinggi cenderung rusak oleh khamir dan kapang, yaitukelompok mikroorganisme yang relatif mudah dirusak oleh panas (seperti dalam pasteurisasi) ataudihambat oleh hal-hal lain.
Monosakarida lebih efektif dalam menurunkan aw bahan pangan dibanding dengan disakarida ataupolisakarida pada konsentrasi yang sama, dan digunakan dengan sukrosa dalam beberapa produkseperti selai.





BAB III
METODE PENGAMATAN

A.  Jenis Pengamatan
Proses pengolahan dan pengawetan pembekuan pudding agar-agar dengan mengunakan variasi penambahan kadar gula pasir yang diamati selama  minggu penyimpanan.                  
B.  Waktu Dan Tempat
Praktikum ini dilakukan pada :
Hari/tanggal            : Selasa-Kamis, 24 November – 24 Desember 2015
Waktu                     : Pukul. 15.00 – selesai
Tempat              : Laboratorium  kampus Poltekkes Makassar jurusan kesehatan lingkungan
C.  Prosedur Kerja
1.    Alat dan Bahan
a.    Alat :
1)   Cetakan agar-agar/pudding ukuran sedang1 set
2)   Wadah/ mangkok untuk menuangkan/mengukur cc air
3)   Panci 1 buah
4)   Sendok makan untuk mengukur gula
5)   Sendok sup untuk mengaduk
6)   Gunting
b.    Bahan :
1)   Bubuk puding coklat       3 bungkus
2)   Gula pasir putih                200 gram, 300 garm,400 gram.
3)   Air                                    800 ml
4)   Susu bubuk                      2 sendok teh
2.    Cara Pembuatan
a.    Memasukkan 1 bungkus bubuk puding melon ke dalam panci.
a.       Menambahkan gula pasir secara bervariasi untuk perlakuan I: 200 gram, ,II: 300 gram dan III: 400 gram.
b.    Memasukkan air kurang lebih 800 ml ke dalam panci tersebut.
c.    Mengaduk hingga merata hingga sedikit mendidih dan setelah itu memasukkan buah naga yang sudah dihaluskan tadi ke dalam panci tersebut.
d.   Mengaduk hingga merata sampai air mendidih. Mematikan kompor.
e.    Menunggu hingga adonan puding tidak terlalu panas.
f.     Membasahi cetakan puding yang berbentuk bulat dengan air.
g.    Menuangkan puding yang masih hangat ke dalam cetakan.
h.    Menyimpan di dalam kulkas dan menunggu hingga puding dingin dan mengeras.
i.      Setelah itu mengeluarkan puding dari lemari pendingin.
3.    Cara Pengawetan
Pengawetan pudding agar ini dilakukan dengan suhu rendah/beku caranya didinginkan di dalam kulkas (refrigator) selama 1 bulan untuk melihat ketahanan dari makanan olahan tersebut dengan penambahan gula pasir secara bervariasi untuk perlakuan I: 200 gram, ,II: 300 gram dan III: 400 gram.
4.    Cara Pemeriksaan
a.    Pemeriksaan MPN Coliform
b.    Metode Pemeriksaan : Tabung ganda
c.    Alat Yang Digunakan :
-  Timbangan                                                - Ose
-  Glass Erlenmeyer                                     -  Beacker  glass
- Incubator                                                  - Gelas ukur
- Tabung Reaksi                                         -  Batang Pengaduk
- Petridish                                                   -  water bath
- Lampu spiritus                                         - Auto clave
d.   Bahan  Yang Digunakan :
 - Sampel makanan atau minuman                   -  Media TSS dan SSL
 -  aquadest                                                       -  Media BGLB
e.    Prosedur Kerja
a)    Tes Perkiraan :
-       Timbang 10 Gr Sampel Makanan Atau 10 Sampel Dalam Bentuk Cair
-       Makanan Dalam Bentuk Padat  Di Blender + Air Pepton 90 Ml
-       Pipet 1 Ml Sampel, Kemudian Masukkan Dalam Tabung Yang Berisi Lactose Broth Sebanyak 1 Ml
-       Inkubasikan Daklam Incubator Selama 1 X 24 Jam Dengan Suhu 35˚C
-       Lakukan  Pengamatan Bila Positif Warna Keruh Dan Ada Gas Pada Tabung Durham
-       Jika Sampel Masih Negative, Lanjutkan  Simpan Dalam Incubator  Selama  Incubator Selama 2 X 24 Jam  Dengan Suhu 35˚C
b)   Tes Penegasan:
-       Dari setiap tabung lactosa yang positif diambil 1-2 mata ose .
-       Masukkan ke tabung EC Broth, inkubasikan tabung tersebut selama 1 x 24 jam  dengan suhu 45,5 ˚C
-        Jika sampel negative  dilanjutkan kembali untuk diinkubasikan selama selama 1 x 24 jam dengan suhu 45,5 ˚C
-       Koloni yang tersangka positif terdapat gas pada tabung Ec medium
-       Lanjutkan pada TES lengkap
c)    Tes Lengkap:
-       Amati pada tabung EC medium, jika positif  pindahkan pada media EMB Agar
-       Ambil 1-2 mata ose,lalu zig zag di media agar
-       Inkubasikan selama 18-24 jam, dengan suhu 35˚C
-       Coloni tersangka datar , bewarna gelap dengan atau tanpa kilatan logam.



BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.    Hasil
Dari pengamatan secara fisik terhadap pudding dengan pengawetan gula pasir dan metode suhu rendah dapat dilihat pada table berikut:
konsentrasi
Waktu
Rasa
Tekstur
Bau
Warna
200 gram
sebelum
Tidak terlalu manis
Keras
Khas bau coklat+gula
kecoklatan
sesudah
Tidak terlalu manis
Keras
Khas bau coklat+gula
kecoklatan
2   minggu penyimpanan
Tambah tidak manis
lembek ‘berair
Khas bau coklat+gula
kecoklatan
300 gram
Sebelum
Manis
Keras
Khas bau coklat+gula
kecoklatan
Sesudah
Manis
Keras
Khas bau coklat+gula
kecoklatan
2 minggu penyimpanan
Manis berkurang sedikit(normal)
Lembek tidak terlalu keras, berair
Khas bau coklat+gula
kecoklatan
400 gram
Sebelum
Manis sekali
Keras
Khas bau coklat+gula
kecoklatan
Sesudah
Manis sekali
Keras
Khas bau coklat+gula
kecoklatan
2 minggu penyimpanan
Manis sekali
lembek, berair sekali
Khas bau coklat+gula
kecoklatan


B.     Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan secara fisik terhadap puding dengan pengawetan gula pasir dan metode suhu rendah yang paling baik digunakan yaitu dengan konsentrasi 300 gram gula pasir mulai dari rasa,tekstur,bau, dan warna dibandingkan dengan gula 200 gram dan 400 gram tidak sesuai dengan keinginan.
Pudding dengan konsentrasi 300 gram merupakan hasil pengolahan yang sesuai berdasarkan hasil pengamatan secara fisik yaitu rasa tidak terlalu manis dalam artian normal dengan penambahan gula tersebut,tekstur tidak lembek dimana penambahan dipengaruhi oleh lama penyimpanan semakin lama semakin berair karena aktivitas air gula  dan tidak keras serta tidak berair karena takaran penambahan yang sesuai, masih khas bau coklat dan gula,  dan warna masih tetap kecoklatan berdasarkan warna sebelumnya dengan penambahan bubuk pudding coklat saehingga kemungkinan lebih banyak disukai oleh konsumen sebab untuk penambahan gula dengan konsentrasi 200 gram yang menjadi kekurangan dari segi rasa yang diamati ketrika  minggu penyimpanan pudding rasanya kurang manis karena konsetrasi gula sedikit dimana pada saat penyimpanan selama 2 minggu airnya berkurang dan untuk konsentrasi 400 gram sebaliknya dengan konsentrasi tersebut pudding terlalu manis sehingga kurang banyak yang menyukainya karena dapat beresiko penyakit misalnya diabetes mellitus.
Apabila gula ditambahkan ke dalam bahan pangan dalam konsentrasi yang tinggi (paling sedikit 40% padatan terlarut) sebagian dari air yang ada menjadi tidak tersedia untuk pertumbuhan mikroorganisme dan aktivitas air dari bahan pangan berkurang sehingga bahan pangan akan menjadi lebih awet (Buckle, K. A., dkk, 1985).
Gula dapat digunakan sebagai bahan pengawet karena gula dapat mencegah pertumbuhan mikroorganisme dengan cara mempengaruhi aktivitas air (aw) dari bahan pangan. konsentrasi gula yang digunakan untuk mengawetkan bahan pangan cukup tinggi yaitu sekitar 65 % – 70 %. Gula digunakan untuk mengawetkan makanan.
Walaupun demikian, pengaruh konsentrasi gula pada aw bukan merupakan faktor satu-satunya yang mengendalikan pertumbuhan berbagai mikroorganisme karena bahan-bahan dasar yang mengandung komponen yang berbeda-beda tetapi dengan nilai aw yang sama dapat menunjukkan ketahanan yang berbeda-beda terhadap kerusakan karena mikroorganisme (Buckle, K. A., dkk, 1985).

BAB V
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa Berdasarkan hasil pengamatan secara fisik terhadap puding dengan pengawetan gula pasir dan metode suhu rendah dengan lama penyimpanan 2 minggu  yang paling baik digunakan yaitu dengan konsentrasi 300 gram gula pasir mulai dari rasa,tekstur,bau, dan warna dibandingkan dengan gula 200 gram dan 400 gram tidak sesuai dengan keinginan yang masih dapat beresiko menimbulkan penyakit.
Gula dapat digunakan sebagai bahan pengawet karena gula dapat mencegah pertumbuhan mikroorganisme dengan cara mempengaruhi aktivitas air (aw) dari bahan pangan. konsentrasi gula yang digunakan untuk mengawetkan bahan pangan cukup tinggi yaitu sekitar 65 % – 70 %. Gula digunakan untuk mengawetkan makanan.
B.     Saran
Sebaiknya dalam pengawetan dengan suhu rendah sebaiknya dipilih bahan pangan yang memang harus diawetkan dengan suhu yang rendah agar tidak merusak kandungan fisik dari bahan pangan. Serta menggunakan penambahan pengawet yang tidak berlebihan agar dapat terhindar dari resiko penyakit.

 
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, Laporan Praktikum Suhu Rendah, http://documents.tips/documents/laporan-praktikum-suhu-rendah.html, Diakses pada 17 November 2015.
Anonim, 2014, Makalah Teknologi  Pengawetan Makanan, http://www.mengejarasa.com/2014/03/makalah-teknologi-pengawetan-makanan.html, diakses pada 18 Noember 2015
Indah, 2011, Makalah Pengolahan dan Pengawetan Makanan, https://bebeindah.wordpress.com/2011/01/10/makalah-pengolahan-dan-pengawetan-makanan/, diakses pada 18 Noveber 2015
Nindi Silvia Melyasari, 2014, Makalah Bahan, Pengawet , http://nindisilviamelyasari.blogspot.co.id/2014/12/makalah-bahan-pengawet.html , Diakses pada 18 November 2015
Wildan Kesuma Putra , 2012, Pengawetan dengan Suhu Rendah, http://wildankesumaputra.blogspot.co.id/2012/05/pengawetan-dengan-suhu-rendah.html, diakses pada 18 November 2015.
Prezi, Pengolahan dengan Suhu Rendah Pendinginan dan Pembekuan, https://prezi.com/equ2dj0dpk4y/pengolahan-dengan-suhu-rendah-pendinginan-danpembekuan/, diakses pada 18 November 2015.  
Buckle, K. A., dkk. 1985. Ilmu Pangan. Penerjemah : Hari Purnomo dan Afiono. Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press), Jakarta.
 Tjahjadi, C. dan Marta, H. 2011. Pengantar Teknologi Pangan. Universitas Padjadjaran, Jatinangor.